Dari Tahun 2018 Pompa Air Tidak Berfungsi, Sahril Sebut : Anggaran Pemeliharaan Hanya Digunakan Untuk Pembersihan Rumput

PEKANBARU, Haluanberantas – Warga kelurahan Sri Meranti kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru khususnya jalan Nelayan, jalan Tertonadi minta kepada kepala balai wilayah sungai Sumatra III (BWSS) segera cari solusi mengatasi genangan banjir akibat luapan sungai siak sejak Januari 2024 hingga sekarang.

Dalam pantauan awak media bahwa jalan Nelayan dan sekitarnya banyak rumah warga yang masih digenangi air akibat dari luapan sungai siak. Hal itu benarkan oleh Otorius salah satu warga RT. 01 Rw. 06 kelurahan Sri Meranti pagi selasa (16/01/24) lalu.

“Akibat tidak surut genangan air karena ketidak aktifnya pompa air di parit Belanda jalan nelayan. Saya mewakili warga RT. 01 agar petugas di beberapa pompa air di sepanjang jalan nelayan mengaktifkan kembali sehingga pasang surut sungai siak tidak berdampak pada warga,” ujar Oto.

Ia berharap pada Dinas terkait dengan segera mengatasi kerusakan pompa pintu air.

“Kami warga yang terdampak banjir terpaksa membayar uang keamanan kendaraan roda dua Rp.5000 rupiah dan Rp.10.000 rupiah untuk kendaraan roda 4 (empat). Kemudian untuk tempat tidur terpaksa membuat ranjang diatas genangan air dan sebagai mengungsi di sanak keluarga,” tambahnya.

Ribuan rumah warga di genangi banjir atas luapan sungai siak antar lain ; Kelurahan Meranti pandak dan kelurahan Sri Meranti kecamatan rumbai kota pekanbaru yang sangat disayangkan kurangnya perhatian pemerintah untuk mengatasi genangan air tersebut.

Menurut penjaga pompa pintu air yang berada di Jl Nelayan Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru bernama Nanang mengatakan tidak berfungsinya pompa air disebabkan ada kerusakan pada mesin sejak tahun 2018 lalu dan sampai sekarang belum ada di perbaiki.

“Mesin pompa airnya rusak sejak tahun 2018 dan tidak ada diperbaiki sampai sekarang,” kata Nanang.

Nanang meminta awak media ini agar tidak memberitakan masalah pompa air yang tidak berfungsi karena berdampak pada pekerjaannya sebagai penjaga disana .

“Tolong jangan di beritakan pak saya takut berdampak sama pekerjaan saya,” pinta Nanang

Ironisnya, dari hasil investigasi media ini bersama LSM, lahan tersebut yakni lahan pemerintah diduga di alihfusingkan menjadi kandang kerbau.

Pasalnya, diatas lahan tersebut ditemukan puluhan kerbau yang belum diketahui milik siapa, apakah milik pemerintah atau milik oknum.

Media dan LSM pun timbul pertanyaan, lahan pemerintah dijadikan kandang kerbau. Kerbau itu milik siapa? Dan hasil penjualam kerbau itu masuk ke mana?.

Atas hal itu, Media dan LSM ini akan segera menyurati balai wilayah sungai Sumatera (BWSS) III Provinsi Riau. Dan segera membuat laporan ke penegak hukum.

Terpisah, kepala balai wilayah sungai Sumatera (BWSS) III Provinsi Riau, Sahril, Kamis (15/2/24) yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap luapan air sungai Siak akibat dari pada pompa air tidak berfungsi dari tahun 2018, di konfirmasi awak media mengakui bahwa pompa air tersebut rusak.

“Iya benar sudah lama rusak, selama ini kan musim hujan trus. Tahun-tahun sebelumnya belum ada anggaran. InsyaAllah tahun ini akan ada aggaran, “jelasnya.

Terkait anggaran Pemeliharaan selama ini, Sahril mengakui bahwa anggaran pemeliharaan ada namun digunakan untuk pembersih rumput. Disebutkan, anggaran pemeliharaan kecil, namun mengaku tidak mengetahui berapa anggaran tiap tahunnya. Ada apa??

“Anggaran pemeliharaan ada, tapi kecil. Selama ini digunakan untuk pembersih rumput. Cuma saya kurang tau berapa anggaran pertarungan, yang penting kecil, “bebernya lgi.

Parahnya, ketika media ini cecer pertaanyaan kepada Sahril terkait keberadaan puluhan ekor binatang (Kerbau) diatas lahan milik pemerintah itu. Sahril mengakui, pihaknya sudah mengetahuinya namun ia tidak tau kerbau milik siapa.

“Saya tidak tau itu punya siapa. Dah lama kerbau itu disana. Sepertinya itu milik masyarakat, “ungkapnya.

Dikatakanya, pihaknya sudah pernah ingatkan agar kerbau itu di pindahkan. Namun sampai sekarang kerbau tersebut masih berada di lahan pemerintah itu.

“Saya akui ada kelalaian anggota kami. Mungkin ada anggota kami yang mengijinkan, sehingga kerbau itu bisa di masukan di situ, “cetusnya.

Disayangkan, Sahril sudah menjabat sebagai kepala balai wilayah sungai Sumatera (BWSS) III Provinsi Riau bertahun-tahun, namun tidak mengetahui dan bahkan tidak menindak pemilik kerbau tersebut.

Ada apa dengan kepala balai wilayah sungai Sumatera (BWSS) III Provinsi Riau ini.???

Maka, dapat diduga, pihak BWSS sengaja ada pembiaran dan tidak ada pengawasan. Dan bahkan diduga keras ada kerja sama demi mendapatkan keuntungan pribadi.

(Bersambung…………)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *