Ahmad Nurhadi Meninggal Saat Dirawat, Panglima LLMB: RSJ Tampan Diduga Lalai dan Harus Diusut, Direktur Juga Perlu Diperiksa

PEKANBARU, Haluanberantas.com – Kematian tragis yang menimpa seorang pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Ahmad Nurhadi, beberapa waktu lalu tak bisa dianggap biasa. Panglima Besar Lembaga Laskar Melayu Bersatu (LLMB), Datuk Ismail Amir, angkat bicara dan menilai ada dugaan kuat kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa almarhum. Ia pun mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas peristiwa tersebut.

“Ini bukan hanya soal musibah atau kematian biasa, ini soal tanggung jawab dan dugaan kelalaian. Seorang anak muda yang masih sekolah, tiba-tiba meregang nyawa di dalam institusi kesehatan yang seharusnya menjamin keselamatan pasiennya,” tegas Datuk Ismail dalam keterangannya kepada Garda45.com, Kamis (15/5/2025).

Menurut Ismail Amir, dirinya merasa sangat terpanggil untuk ikut mengawal kasus ini. Selain karena aspek kemanusiaan, juga karena almarhum Ahmad Nurhadi berasal dari daerah yang sama dengannya, yakni Kabupaten Rokan Hulu. Kepedulian ini diperkuat dengan informasi yang diterima langsung dari orang tua almarhum, yang menjelaskan bahwa putranya masuk ke RSJ Tampan karena tiba-tiba mengalami gangguan jiwa seperti orang kesurupan.

“Almarhum masih anak sekolah, anak kesayangan orang tuanya. Masuk RS karena gangguan mendadak, dan malah pulang dalam keadaan tak bernyawa. Ini menyakitkan,” ujar Datuk Ismail.

Ismail mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam kejadian itu. Salah satunya adalah keputusan pihak rumah sakit memberikan pakaian lengan panjang kepada almarhum pada hari kejadian, padahal sebelumnya hanya diberi pakaian lengan pendek.

“Kenapa tiba-tiba diberi baju lengan panjang? Bukankah itu bisa dijadikan alat untuk bunuh diri? Di sinilah pentingnya SOP yang ketat dalam penanganan pasien jiwa,” kata Ismail.

Tak hanya itu, ia juga mempertanyakan lemahnya pengawasan terhadap almarhum. Menurutnya, ruangan tempat almarhum ditemukan hanya berjarak sekitar 6 meter dari meja petugas jaga. Tanpa ada sekat atau penghalang, seharusnya setiap gerakan pasien bisa terpantau dengan jelas.

“Dimana petugas saat itu? Apakah mereka tidur? Atau lalai dengan kesibukan lain? Jika ditemukan lebih cepat, nyawa almarhum mungkin masih bisa diselamatkan,” tambahnya dengan nada kecewa.

Lebih lanjut, Panglima LLMB ini meminta penyidik dari Polresta Pekanbaru untuk segera menyita rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian. Hal itu, menurutnya, penting untuk membuktikan apakah petugas benar-benar lalai atau ada unsur kesengajaan dalam peristiwa ini.

“Harus disita dan diperiksa semua rekaman CCTV, baik di dalam ruangan maupun diluar kamar. Masyarakat berhak tahu apa yang terjadi sebenarnya di detik-detik terakhir almarhum. Apa yang dilakukan petugas jaga saat kejadian berlangsung? Ini harus terang benderang,” tegasnya.

Datuk Ismail juga menyoroti rasio jumlah pasien dan petugas yang tidak seimbang. Ia menyebut bahwa saat kejadian, ada lebih dari 20 pasien yang hanya dijaga oleh tiga orang petugas. Ini tentu berisiko tinggi, apalagi di lingkungan rumah sakit jiwa yang memerlukan pengawasan intensif.

“Saya dengar ini bukan kejadian pertama. Dari Informasi sebelumnya bahwa sudah ada beberapa pasien yang juga ditemukan gantung diri. Artinya ini bukan masalah baru, tapi sudah sistemik. Harus ada evaluasi menyeluruh terhadap manajemen RSJ Tampan,” ujarnya.

Kepada Gubernur Riau, Datuk Ismail mendesak agar segera mengganti pimpinan RSJ Tampan dengan sosok yang lebih profesional, berintegritas, dan peduli terhadap keselamatan pasien.

“Pemprov Riau jangan tutup mata. Ganti segera pimpinan RSJ. Orang yang tidak cakap dan berulang kali gagal dalam menjaga keselamatan pasien tak pantas duduk di kursi pemimpin,” tegasnya.

Ia juga meminta pihak Kepolisian, khususnya Polresta Pekanbaru, untuk mengusut tuntas dugaan kelalaian ini. Termasuk memanggil dan memeriksa direktur RSJ Tampan beserta seluruh jajaran yang terlibat.

“Pemeriksaan harus sampai ke pucuk pimpinannya. Jangan hanya petugas jaga yang dijadikan tumbal. Jika memang ada SOP yang diabaikan atau lemahnya pengawasan sistemik, maka manajemen rumah sakit wajib bertanggung jawab,” pungkasnya.

Hingga berita ini diturunkan, Direktur RSJ Tampan belum memberikan keterangan resmi meskipun sudah beberapa kali dihubungi pihak media Garda45.com sebelumnya. Tidak ada klarifikasi maupun permintaan maaf yang disampaikan secara terbuka kepada keluarga korban atau masyarakat.

Kebisuan manajemen RSJ ini justru menimbulkan kecurigaan lebih lanjut bahwa ada sesuatu yang ingin ditutupi. Apalagi, diduga, ini bukan pertama kalinya pasien jiwa meninggal secara misterius di bawah pengawasan rumah sakit tersebut.

Kematian Ahmad Nurhadi menyisakan luka mendalam bagi keluarganya dan menjadi pukulan keras bagi masyarakat Riau, khususnya Rokan Hulu. Orang tua almarhum berharap peristiwa ini tidak berhenti pada ucapan belasungkawa, tapi ada tindakan nyata untuk menegakkan keadilan dan mencegah kejadian serupa terulang.

Bersama masyarakat dan elemen pejuang adat serta aktivis kemanusiaan seperti LLMB, mereka meminta agar nyawa anak bangsa tidak dianggap remeh dan penegakan hukum benar-benar dijalankan tanpa pandang bulu.

“Nyawa anak bangsa jangan dipermainkan oleh sistem yang lalai dan manusia yang abai. Jika tak ada keadilan, maka kepercayaan publik pada institusi pelayanan kesehatan akan runtuh,” tutup Datuk Ismail Amir.

KEND ZAI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *