Dieng Kledung Pass Hotel, Permata Tersembunyi di Antara Sindoro dan Sumbing

Wonosobo, Haluanberantas.com – Kabut turun perlahan, menyelimuti pepohonan pinus dan taman hijau di kaki Gunung Sindoro. Dari kejauhan, tampak berdiri megah sebuah bangunan klasik bergaya kolonial yang seolah menjadi bagian dari alam itu sendiri.

Dialah Dieng Kledung Pass Hotel and Restaurant, penginapan legendaris yang telah menjadi saksi bisu perjalanan wisata di Wonosobo selama lebih dari setengah abad.

Terletak di Jalan Raya Wonosobo, Parakan Km 17, Kertek, hotel ini seperti oase di antara dua raksasa alam, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Setiap pagi, pengunjung disambut udara segar khas pegunungan, suara burung yang bersahutan, dan kabut lembut yang menari di atas taman. Suasananya menenangkan, seolah waktu berhenti di sini.

Dari Warung sederhana hingga hotel bersejarah, pemilik Dieng Kledung Pass Hotel, Eunike Martanti, bercerita, usaha ini bermula dari sebuah warung makan sederhana yang didirikan ayahnya, Lukas Agus Tjugianto, di kawasan Taman Plasa Wonosobo pada tahun 1958.

“Awalnya, ayah bukan pengusaha. Beliau guru olahraga, sementara ibu lulusan pendidikan hukum. Tapi mereka percaya, warung bisa menjadi tempat yang hangat untuk bersahabat dan berbagi cerita,” ujar Eunike saat ditemui Jurnalis ini.

Warung kecil bernama “Dieng” itu berkembang pesat. Tak hanya menjadi tempat makan favorit warga dan wisatawan, tapi juga menjadi pelopor penggunaan kartu kredit dan layanan penukaran uang asing (money changer) di Wonosobo, sebuah langkah maju di masa itu.

Seiring waktu, semangat itu menembus batas zaman. Tahun 1990, keluarga Tjugianto membuka cabang di kawasan Kledung, tepat di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Temanggung. Dari sinilah lahir Dieng Kledung Pass Hotel and Restaurant yang kini dikenal luas dengan fasilitas lengkap: restoran, ruang pertemuan, katering, hingga wedding venue dengan latar panorama pegunungan yang memesona.

Menyatu dengan alam fari Telaga Menjer hingga Bukit Teh Panama, di dalam kegiatan Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWO Indonesia) Sleman yang digelar pada 24–25 Oktober 2025, hotel ini menjadi tuan rumah bagi puluhan jurnalis dan pegiat media yang ingin “menyatu dengan alam”.
Kegiatan ini didukung oleh Badan Kesbangpol, Dinas Kominfo Sleman, PDAM Tirta Sembada, Jaecindo, dan Piastory.

Selama dua hari di Wonosobo, peserta touring menikmati panorama menakjubkan dari Telaga Menjer, Kebun Teh Tambi, hingga Bukit Teh Panama, tiga destinasi unggulan yang seolah memeluk kabupaten berhawa dingin ini dengan pesonanya yang menawan.

Telaga Menjer, di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, adalah telaga alami terbesar di Wonosobo. Airnya jernih bagaikan cermin, memantulkan langit biru dan bukit hijau yang mengelilinginya. Dari kejauhan, perahu nelayan kecil tampak mengapung tenang, menghadirkan pemandangan yang menyejukkan mata.

Sementara itu, Bukit Teh Panama di Desa Tempuran, Kecamatan Garung, menawarkan hamparan kebun teh sejauh mata memandang. Angin berembus lembut di sela dedaunan teh, menciptakan suara yang menenangkan jiwa. Wisatawan bisa menikmati sensasi terbang di atas lembah lewat wahana flying fox, melintasi jembatan gantung, atau sekadar bersantai di kursi gantung yang menjadi spot foto favorit.

Warisan yang terus hidup, lebih dari sekadar penginapan, Dieng Kledung Pass Hotel adalah kisah tentang ketekunan, keluarga, dan cinta terhadap alam. Dalam setiap hembusan kabut pagi dan aroma kopi hangat yang disajikan di teras hotel, tersimpan kehangatan yang tak lekang oleh waktu.

“Bagi kami, Dieng Kledung Pass bukan sekadar hotel. Ini rumah kedua bagi siapa pun yang datang, dan tempat di mana setiap tamu bisa merasakan hangatnya persahabatan,” tutup Eunike Martanti dengan senyum.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *